Jumat, 27 September 2013

Jangan Lupa Menikah



MEMANG benar, obat yang paling mujarab untuk rasa kehilangan itu hanya waktu dan kesibukan. Tenggelamkan diri dalam aktivitas positif sebanyak mungkin, meski tetap harus mengukur kemampuan tubuh sendiri. Karena jika tidak, rasa kehilangan itu tetap ada mengundang penyakit juga iya. Kita tidak mau bukan berakhir di rumah sakit hanya gara-gara hal sepele yang di kemudian hari sebenarnya bisa kita dapatkan lagi. Walau dengan pemahaman yang berbeda.

Ya, jangan lupa sisihkan waktu untuk keluarga tercinta. Karena ibu sangatlah senang melihat anaknya sepanjang hari ada di rumah, menjaga kebersihan rumah. Dan biasanya Ibu akan protes sekali waktu jika satu pekan ini tak melihat anaknya diam di rumah. Alias semua hari adalah hari kerja, dan pada akhirnya terkadang akan sulit mendapatkan izin keluar rumah untuk kegiatan selanjutnya.

Beda ibu, beda karakter. Ada juga ibu yang 'membebaskan' anaknya keluar rumah dengan berbagai syarat yang telah disepakati. Ada juga ibu yang mempercayai anaknya pergi keluar rumah hanya untuk hal-hal yang positif. Akan selalu ada hikmah di balik semua karakter ibu kita. Dan yang harus disyukuri, kita masih punya seorang ibu yang selalu mendoakan kita.

Suatu hari, saya meresahkan sesuatu. Apakah Ibu meridhoi saya yang seringkali keluar rumah dari pagi buta hingga malam menjelang? Dan itu semua hampir saya lakukan setiap hari. Hmm, bisa dibilang rumah sudah seperti tempat transit saja.

Akhirnya saya memutuskan untuk menanyakannya langsung kepada ibu. Dan alangkah terkejutnya saya dengan jawaban ibu. "Ibu mah ridho neng, asalkan semua itu kegiatannya positif, bagus buat neng mah kenapa harus dilarang? Tapi titip satu hal ibu mah ka neng teh," tuturnya menggantung kalimat.

"Apa itu bu?" tanya saya dengan rasa penasaran. "Jangan lupa menikah," sambungnya.

Seketika itu juga saya tersenyum-senyum penuh arti. Ada-ada saja ibu saya ini, beliau mengkhawatirkan saya lupa dengan urusan menggenapkan separuh din ini.

Ibu saya hanya melihat beberapa fakta di lapangan, begitu banyak perempuan yang masih lajang hingga kepala tiga karena karir membuatnya lupa urusan sakral satu ini.

Baiklah bu, terima kasih atas kepercayaan penuhnya dan terima kasih atas nasihatnya yang luar biasa. Saya tidak pernah mengkhawatirkan masalah itu. Jika memang waktunya sudah tepat dan dekat ia juga akan mendekat. Tapi apalah daya manusia yang lemah ini, jika memang waktu tepat itu masih terpaut jauh. Hanya bisa menjaga kehormatan diri, terus berikhtiar memperbaiki diri, menyongsong waktu yang tepat bersama orang yang tepat. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar