1x24 Jam
Masih berasa mimpi, mengharapkan sesuatu yang pasti?
Deg-degan, tegang, senyum-senyum sendiri
Indahnya lebih dari cinta pertama yang bersemi
2x24 Jam
Sebenarnya ada rasa tidak yakin
Yang biasa dikenal dengan ragu
Ada prasangka yang membuat impian menguap
Masih berharap selama kenyataan belum menghadap
Serahkan pada-Nya
Yakin akan kehadirannya jika Ia setuju
3x24 Jam
Terlintas dalam benak, lalu begitu saja
Ada frekuensi yang bergeser, harus bergerak supaya bisa bergeser
Agar frekuensi sama kembali di garis yang Alloh sukai
Jika memang dia terbaik
Semoga dimudahkan-didekatkan
Jika memang masih ada yang lebih baik
Semoga diselesaikan-dibicarakan
Karena 'beban' keriangan dalam harap itu masih ada
4x24 Jam
Lalu sang ibu mengupayakan ketenangan itu
Membuat kemungkinan-kemungkinan itu
Bersabar dan tunggu saja anakku
Jika saat yang ditentukan-Nya tiba
Ia kan menjemputmu dengan sungguh
Waktu itu masih siang, belum tepat 7x24 Jam
Lebih tepatnya, menuju 7x24 Jam
Tentang sebuah ketegasan
Tidak ada penantian yang sia-sia pun saat kaudisia-siakan
Asalkan kau tak galau dan hanya duduk melamun sendirian
Galau kau harus produktif dalam penantian itu, mungkin demikian
Jangan pernah mencari saat dirimu memang belum benar-benar siap
Tidak dirimu umbar ke khalayak, cukup disimpan karena dirimu belum siap
Kau yakin ini takdir-Nya?
Agar kau belajar ketegasan
Agar kau belajar menerima keputusan
Apa rasanya?
Tahukah dirimu?
Seperti menelan pil pahit yang membuat jantungmu merasakan sesak yang teramat sangat
Hingga terasa sesak, dan kau sulit bernafas
Sebuah kesyukuran tentang indahnya ketegasan. Tentang mengapa waktu kilat itu dibutuhkan. Agar sakitnya hanya sekejap, tidak mendalam. Hanya sesaat. Teringat ucapan Ustadz Darlis Fajar, "Kenapa harus sakit hati dan dipendam rasa sakitnya? Dia kan tidak menyakiti kita."
Ya, benar. Untuk apa sakit hati, dia tidak menyakiti hati kita. Bolehlah sesenggukan mengelap pipi yang terkena air mata, semalam saja. Lalu besoknya seperti tidak terjadi apa-apa, biasa saja. Menjalani hidup, menggapai ridho Ilahi. Itulah yang dibutuhkan bukan pengakuan atau limpahan perasaan dari makhluk-Nya.
Karena tahukah? Limpahan kasih sayang dari-Nya secara otomatis akan diberi bonus limpahan kasih sayang dari penduduk bumi juga. Ni'mat bukan? Terima kasih Robb. []

Tidak ada komentar:
Posting Komentar