Kamis, 14 Februari 2013

Stop Being Miss Galau


"Ah, andai saja bisa kusampaikan seluruh rasa ini padanya. Takkan remuk redam hati ini, karena melihatnya telah dengan yang lain."

Apa sih yang ada dalam benak kamu saat membaca kata-kata ini? Galau, pasti itu yang pertama kali muncul. Iya aja ya supaya cepet pembahasannya. Hehe.

Akhir-akhir ini walau gaungnya semakin meredup masih saja banyak anak muda yang meneriakkannya. Aih, galau.galau.galau. Sampai-sampai galau ini pernah masuk ke kajian kuliah dhuha. Saking pentingnya untuk dibahas, karena semua orang kena virusnya.


Apa saja bisa dibilang galau, tapi seringnya sih urusan cinta. Buat anak muda usia SMP-SMA. Tapi lain lagi buat anak Kuliahan, yang katanya mesti jadi agent of change. Masih urusan cinta tapi agak-agak nyerempet ke urusan pernikahan. Menyempurnakan separuh dien.

Saya masih ingat. Waktu itu saya asal menanggapi pertanyaan teman, karena lama sekali tidak pernah posting tulisan apa-apa. Saya jawab saja, "Lagi galau." Dia menyahut, "Oh galau gara-gara pengen cepet nikah ya?" Saya hanya tepok jidat sambil mengelus dada saking kagetnya. Apa hubungannya ya?

Padahal kalau yang pernah buka kamus dan baca apa artinya galau. Ya galau itu bingung, tidak harus menyoal cinta dan pernikahan saja bukan? Ada-ada saja.

Teman saya yang lain bilang, "Kamu mah kalau bikin status facebook teh galau terus." Hadeuh, harus bagaimana alias kedah kumaha atuh? Da saya senengnya bikin status puitis ala kadarnya yang kata orang itu 'galau'. Hehe.

Tapi yang pasti sih gini, dalam hidup ini kita tidak hanya mengurusi soal perut melulu. Besok makan apa, sama siapa, dimana? Tidak juga mengurusi masalah cinta yang tak kunjung usai, perasaan yang beleberan tapi tidak kunjung berbalas.

Entah terhipnotis sama lagu dan gaya hidup orang Barat mungkin. Kita seakan menuhankan cinta, kayaknya kalau nggak ada dia matahari nggak akan nongol lagi deh. Kehidupan akan berhenti dan kematian dihadapi.

Padahal nggak juga tuh, ada gitu ya orang nggak punya pacar langsung meninggal. Ada juga dianya yang menyalahi takdir. Bunuh Diri. Na'udzubillah.

Hanya letih yang kita raih, jika hanya menggunakan kata galau untuk mengurusi masalah perasaan. "Ah, kapan ya dia mikirin aku?" dsb. Tapi kalau ditanya, udah nyiapin apa buat maut yang mengintai? Apa pernah galau gara-gara belum nyiapin bekal buat di akhirat nanti? Yakin belum pernah, kecuali sehabis ikutan muhasabah. Dan beberapa menit kemudian juga lupa lagi.

Yuk, bersama siapkan kematian. Tabung bekal untuk kelak di akhirat sebagai bukti kalau kita memang penghuni kanan. Jangan sampai seumur hidup yang kita punya, hanya galau karena orang yang sama sekali tidak pernah memikirkan kita. Kalau kita bertauhid kepada-Nya, mengimaninya, kenapa kita risau dengan ketentuan-Nya di masa depan untuk kita?

Yakini Alloh SWT. akan selalu berikan yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar